""n4n4""

""n4n4""

Jumat, 17 Juni 2011

ASKEP GAGAL JANTUNG

ASKEP PADA KLIEN GAGAL JANTUNG

A. DEFINISI
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)

Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald )

B. ETIOLOGI
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.

2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot jantung

4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load.

6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung

Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion
Terbagi menjadi 4kelainan fungsional :
I. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan
IV. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .

Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
o Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
o Batuk
o Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
o Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

Gagal jantung kanan

1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan,
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar…
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan.

D. EVALUASI DIAGNOSTIK
Meliputi evaluasi manifestasi klinis dan pemantauan hemodinamik. Pengukuran tekanan preload, afterload dan curah jantung dapat diperoleh melalui lubang-lubang yang terl;etak pada berbagai interfal sepanjang kateter. Pengukuran CVP ( N 15-20 mmhg ) dapat menghasilkan pengukuran preload yang akurat .PAWP atau pulmonary artery wedge pressure adalaah tekanan penyempitan arteri pulmonal dimana yang diukur adalah takanan akhir diastolic ventrikel kiri. Curah Jantung diukur dengan suatu lumen termodelusi yang dihubungjkn dengan komputer

E. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah :
- Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
- Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi, dan
- Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.

Terapi Farmakologis :
- Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
- Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
- Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan
- Dukungan diet:
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.


PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan ditujukan untuk mngobservasi adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan ciaran paru dan tanda serta gejala sistemis.
- Aktifitas /istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan ktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubhan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
- Sirkulasi
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katup jantung,anemia , syok dll
TD, tekanan nadi frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical bunyu jantung S3 galop nadi perifer bekurang perubahan dalam denyutan nadi jugularis warna kulit kebiruan punggung kuku pucat atau sianosis hepar adakag pembesaran bunyi nafas krekles atau ronkhi edema.
- Integritas ego
Ansietas stress marah taku dan mudah tersinggung
- Eliminasi
Gejala penurunan berkemih urun berwarna pekat, berkemih malam hario diare/ konsipasi.
- Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mual, muntah, penambahan Bbsignifikan, Pembengkakan ektrimitas bawah, diit tinggi garam pengunaan diuretic distensi abdomen edema umum dll.
- Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang
- Neurosensori
Kelemahan, pusing letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
- Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut kronuk nyeri abdomen sakit pada otot gelisah
- Pernafasankeamanan
Dispnea saat aktifitas tidur sambil duduk atau dngan beberapa bantal.btuk dengan atau tanpa sputum penggunaan bantuan otot pernafasan oksigen dll. Bunyi nafas warna kulit.
- Interaksi socialPenurunan aktifitas yang biasa dilakukan

Pemeriksaan Diagnostik :
(a) Foto torak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
(b) EKG dapat mengungkapkan adanya takhikardi, hipertropi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan oleh AMI).
(c) Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah shg hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan perfusi jaringan behubungan dngan menurunnya curah jantung , hipoksemia jaringan, asidosis, dan kemungkinan thrombus atau emboli
Kemungkinan dibuktikan oleh :
  • Daerah perifer dingin
  • EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
  • RR lebih dari 24 x/ menit
  • Kapiler refill Lebih dari 3 detik
  • Nyeri dada
  • Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
  • HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 <> 45 mmHg dan Saturasi <>
  • Nadi lebih dari 100 x/ menit
  • Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL

Interfensi :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.
Kriteria :
Daerah perifer hangat, tak sianosis, gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger, kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100x / menit, TD 120/80 mmHg
Rencana Tindakan :
  • Monitor Frekuensi dan irama jantung
  • Observasi perubahan status mental
  • Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
  • Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
  • Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
  • Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen
Kerusakan pertukarann gas
Dapat dihubungkan oleh :
Gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Dispnea berat, gelisah, sianosis, perubahan GDA, hipoksemia

Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 <> 45 mmHg dan Saturasi <> 45 mmHg dan Saturasi < style="font-style: italic;">Tindakan :
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronki dll.
Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.

Kemungkinan terhadap kelebihan volume cairan ekstravaskuler
Faktor resiko meliputi :
Penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium/ retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma ( menyerap cairan dalam area interstisial/ jaringan )
Kemunkinan dibuktikan oleh : tidak adanya tanda-tanda dan gejala gejala membuat diagnosa actual.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas normal, tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen, paru bersih dan berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Perencanaan tindakan :
Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
Observasi adanya oedema dependen
Timbang BB tiap hari
Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
Kaji JVP setelah terapi diuretic
Pantau CVP dan tekanan darah.

Pola nafas tidak efektif
Yang berhubungan dengan :
Penurunan volume paru, hepatomegali, splenomigali
Kemungkinan dibukikan oleh :
Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan ,gangguan pengembangan dada, GDA tidak normal.
Tujuan :
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selam di RS, RR Normal , tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan. Dan GDA Normal.
Interfensi :
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapi posisi yang senyaman mungkin.Kolaborasi pemberian Oksigen dan px GDA

Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Dapat dihubungakan dengan : ketidakseimbangan antar suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard.
Kemungkinan dibuktikan oeh :
Gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria : frekuensi jantung 60-100 x/ menit dan TD 120-80 mmHg
Rencana tindakan ::
Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.
Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.

Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.

Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta

Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta

Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

Anatomi Jantung Manusia

anatomi jantung
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.

Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini, diantaranya yaitu :
a. Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
anatomi jantung
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.
anatomi jantungb. Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
anatomi jantung















c. Katup-Katup Jantung
anatomi jantungDiantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.









anatomi jantung1) Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
anatomi jantung2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
anatomi jantung3) Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.


anatomi jantung4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.


d. Komponen Sistem Induksi Jantung
1). Sinoatrial
2). Atrioventrikular
3). RA, LA, RV, LV
d. Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
anatomi jantung

Kamis, 16 Juni 2011

keperawatan jiwa


KONSEP JIWA
PERAWATAN KESEHATAN MENTAL PSIKIATRI

 

A. PENGERTIAN

Perawatan kesehatan mental psychiatry ( ANA – 1994)
Area khusus dibidang praktek keperawatan  dengan menggunakan teori-teori perilaku manusia sebagai ilmu dan bertujuan menggunakan diri sebagai kiat didalam diagnosa dan pengobatan dari berbagai respon seseorang terhadap masalah-masalah kesehatan mental yang aktual maupun potesial.

B. FILOSOFI KEYAKINAN DALAM PRAKTEK    KEPERWATAN PSYCHIATRY :
      PASIEN SEBAGAI MANUSIA
1.   Setiap orang mempunyai harkat dan keluhuran yang harus dihormati keberadaannya.
2.  Tujuan seseorang untuk tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri.
3.  Setiap orang memiliki potensial untuk berubah dan keinginan mencapai  tujuan.
4.  Tingkah lakunya  mempunyai arti, yang berkembang dari kebutuhan dan tujuan personalnya serta hanya dapat dimengerti oleh yang bersangkutan dalam kaitanya dengan kejadian itu.

MENCEGAH GANGGUAN JIWA MULAI DARI KELUARGA KITA
a. Apakah Gangguan Jiwa Itu ?              
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam : cara berpikir (cognitive), kemauan (volition, emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu : gangguan jiwa (Neurosa) dan Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (Convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dsb.
Banyak sekali jenis gangguan dalam cara berpikir (cognitive). Untuk memudahkan memahaminya para ahli mengelompokan kognisi menjadi 6 bagian seperti sensasi, persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi pikiran kesadaran. Masing-masing memiliki kelainan yang beraneka ragam. Contoh gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah dsb. padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat diarasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, pasien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Contoh gangguan kemauan: pasien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku. Pasien susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan. Banyak sekali jenis gangguan kemauan ini mulai dari sering mencuri barang yang mempunyai arti simbolis sampai melakukan sesuatu yang bertentangan dengan yang diperintahkan (negativime)
Contoh gangguan emosi: pasien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Pasien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno dsb. Tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
Contoh gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, pasien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atu menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. Berdasarkan gejala-gejala yang muncul gangguan jiwa kemudian dikelompokan menjadi beberapa jenis.
b.Mengapa terjadi gangguan jiwa ?
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara organobioliologis, psychoeducative, sosiocultural. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Yang mengalami sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umurjenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan, kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (organobiologis), di lingkungan sosial (sociokultural) ataupun psikologis dan pendidikan (psychoeducative). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan

ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami peradangan tenggorokan atau seorang dengan mania yang berperilaku sangat aktip mendapat kecelakaan.
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya peradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena trauma kelahiran, peradangan) kemudian menjadi banyak tingkah (hiperkinetik) dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1.   Faktor-faktor organobiologis
Neroanatomi
Neurofisiologi
Neurokimia
Tingkat kematangan dan perkembangan organik
Faktor-faktor pre dan peri-natal
2.   Faktor-faktor psikoedukatip
Interaksi   ibu-anak   :   kehilangan   figur   ibu   karena   bekerja   atau   terpaksa
meninggalkan anak (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
Peranan ayah
Persaingan antara saudara kandung
Inteligensi
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan
Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
Konsep diri: pengertian identitas diri: apakah saya laki atau perempuan ?
Keterampilan, bakat dan kreativitas
Pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya
Tingkat perkembangan emosi
3.   Faktor-faktor sosiokultural
Kestabilan keluarga
Pola mengasuh anak
Tingkat ekonomi
Perumahan masalah di perkotaan atau pedesaan
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
Pengaruh rasial diskriminatif dan keagamaan
Nilai-nilai




Tabel 1. Beberapa sikap orangtua dan pengaruhnya terhadap kejiwaan anak

SIKAP ORANGTUA
PENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN & SIKAP ANAK YANG MUNGKIN TIMBUL.
1.
Melindungi anak secara berlebihan karena memanjanya
Hanya memikirkan dirinya sendiri, lekas berekcil hati, tidak tahan kekecewaan. ingin menarik perhatian hanya kepada dirinya sendiri. Kurang rasa bertanggung jawab. Cenderung menolak peraturan dan minta dikecualikan.
2.
Melindungi anak secara berlebihan karena sikap "berkuasa" dan "harus tunduk saja"
Kurang berani dalam pekerjaan, condong lekas menyerah. Bersikap pasif dan bergantung kepada orang lain. Ingin menjadi "anak emas".
3.
Penolakan (anak tidak disukai)
Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan orang tua dan mencari bantuan kepada orang lain. Tidak mampu memberi dan menerima kasih-sayang.
4.
Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
Menilai dirinya dan hal lain juga dengan norma yang terlalu keras dan tinggi. Sering kaku dan keras dalam pergaulan. Cenderung menjadi sempurna ("perfectionnism") dengan cara yang berlebihan. Lekas merasa bersalah, berdosa dan tidak berarti.
5.
Disiplin yang terlalu keras
Menilai dan menuntut dari pada dirinya juga secara terlalu keras agar dapat meneruskan dan menyelesaikan sesuatu usaha dengan baik, diperlukannya sikap menghargai yang tinggi dari luar.
6.
Disiplin yang tak teratur atau yang bertentangan
Sikap anak terhadap nilai dan normapun tak teratur. Kurang tetap dalam menghadapi berbagai persoalan didorong kesana kemari antara berbagai nilai yang bertentangan.

C. Kaitan Antara Kemiskinan Dengan Gangguan Jiwa
Tingginya masyarakat miskin di Indonesia lebih dari 30 juta orang, ditambah dengan pengangguran lebih dari 40 juta orang telah menyebabkan meningkatnya kriminalitas, tingginya kekerasan di rumah tangga, banyaknya penggusuran, perebutan hak atas tanah, penipuan dsb. Hal itu dilakukan sebagai cara bertahan untuk hidup. Sehingga masyarakat menjadi mudah marah, gampang tersinggung dan sering menyelesaikan masalah dengan otot bukan dengan otak atau tidak mampu untukmenggunakan cara bermusyawarah. Hal itu meruapakan data adanya masalah psikologis dimana saat kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi maka orang menjadi panik dan tidak aman.
Apabila dalam kondisi sebuah rumah tangga tidak ada cadangan beras, genting bocor,
anak sakit susah berobat, lingkungan kotor , rumah sempit, rekening listrik belum terbayar, anak tidak sekolah dan menjadi gelandangan di jalan, maka hampir dipastikan di rumah tangga tertsebut tidak akan lahir generasi yang sehat jiwanya.
Kemiskinan pangkal penyebab utama gangguan jiwa di Negara kita

d. Post Traumatic Penyebab Gangguan Jiwa dalam Keluarga

Post traumatik adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa tidak terlindung dari situasi bahaya dan ancaman hidup. Cara-cara penyelesaian masalah yang biasa digunakan sudah tidak mampu lagi. Ia tidak dapat bertahan serta tidak mampu melarikan diri dari masalah tersebut.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memilki banyak potensi bencana mulai dari gunung meletus, banjir, longsor, kebakaran hutan, tsunami, kecelakaan pesawat, lumpur, sampai longsor sampah. Di samping disebabkan oleh bencana alam contoh masalah yang sering menyebabkan post traumatic yang sering terjadi di masyarakat adalah perkosaan, kekerasan seks pada anak di bawah umur (sexual-abuse), perang, bencana alam, penyanderaan, dll.
Penderita yang mengalamai  penyakit PTSD adalah orang normal yang mengalami suatu pengalaman traumatik/tidak biasa, hal tersebut susah dilupakan dan menimbulkan   gangguan  pada kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat terjadi Tsunami di Aceh banyak orang mendengar gemuruh ombak seperti suara kapa terbang yang terbang rendah. Setelah Tsunami berlalu setiap kapal terbang lewat ia menjadi ketakutan, berdebar-debar, cemas karena teringat pada trauma masa lalunya. Contoh lainnya pada saat terjadi gempa di Yogya banyak orang ketakutan karena tertimpa reruntuhan rumah. Pada saat ada meja yang bergesr banyak orang menjerit ketakutan karena teringat kejadian pada saat gempaberlangsung.
e. Peran Keluarga pada Klien Gangguan Jiwa
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan "perawat utama" bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan "institusi" pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982, hal. 171). Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat.
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota. Bila ayah sakit maka akan mempengaruhi perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga lainnya.
Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah; keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah (Sullinger, 1988). Menurut Sullinger, 1988 dan Carson/Ross 1987, klien dengan diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat.

f. Peran Keluarga dalam Mencegah Kekambuhan Klien

2.
2.


1.
3.
4.

Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit, menurut Sullinger, 1988 : Klien : Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur (Appleton, 1982, dikutip oleh Sullinger, 1988)
Dokter (pemberi resep) : Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.
Keluarga : Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress.Cara terpai bisanya : Mengumpulkan semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru kepda klien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan situasi dan pengalaman baru.



1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya yaitu :
Menjadi ragu-ragu dan serba takut (Nervous)
Tidak nafsu makan
Sukar konsentrasi
Sulit tidur
Depresi
Tidak ada minat
Menarik diri

Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan jiwa. Perawat komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai "ruangan perawatan". Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat kontrak dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan after care di puskesmas.
g. Keluarga  yang  Berpotensi  Menimbulkan Gangguan Jiwa
Keluarga-keluarga dengan kondisi tertentu berpotensi untuk memilki anggota gangguan jiwa. Sehingga dalam berkeluarga perlu mencari ilmu untuk menentukan strategi yang diterapkan dalam mencapai visi atau tujuan keluarga. Potensi-potensi tersebut adalah :
1.               Tidak ada nilai agama di rumah tangga
2.       Orang tua pengangguran atau tidak ada penaggung jawab ekonomi
3.               Kemiskinan
4.       Ada anggota yang melakukan Kriminalitas
5.       Kekerasan di rumah tangga

6.       Lingkungan yang buruk
7.       Sering ada pertengkaran
8.               Tidak ada komunikasi
9.       salah satu anggota menggunakan NAPZA
10.   Tidak ada model
H. Orang    Tua    Sebagai    Sahabat    Anak    dalam Mencegah Depresi

Tabel 2. kutipan data Bunuh Diri pada Anak di Jawa Barat









TANGGAL
NAMA & METODA BD
ALAMAT
JEMS STRESSOR PENCETUS
12-8-2003
Heryanto (12), (Gantung diri)
Garut
Tidak mampu membayar kebutuhan sekolah
29-1-2004
Usep (13), (Gantung diri)
Cianjur
Kecewa tidak dibelikan TV
8-2-2004
Nurdin (12), Gantung diri
Garut
Merindukan ibu
2-5-2004
Agus Suryana (13), (Gantung diri)
Lembang
Tidak diberi uang jajan
20-5-2004
Suningrat (12), (Gantung diri)
Indramayu
Kesal bertengkar dengan teman kelasnya
20-5-2004
Minamin   Latifah   (17),   (Gantung diri)
Purwakarta
Dugaan masalah ekonomi dan kebutuhan hidup
20-5-2004
Rindra   Manggara   (20),   (Minum racun)
Jakarta
Belum teridentifikasi
23-5-2004
Minamin   Latifah   (17),   (Gantung diri)
Purwakarta
Pernikahan yang tidak disetujui orangtua.
23-5-2004
Bagus Aryanto (23), Gantung diri
Garut
Belum teridentifikasi
Menurut Profesor psikiatri Kaplan Sadock (1997). Seorang anak yang berupaya bunuh diri sangat rentan terhadap pengaruh stressor sosial, seperti percekcokan keluarga yang kronis, penyiksaan, penelantaran, kehilangan sesuatu yang dicintai, kegagalan akademik dan lingkungan yang buruk. Menurut hasil riset, ciri universal penyebab anak dan remaja bunuh diri adalah ketidak mampuan mereka memecahkan masalah dalam menghadapi percekcokan keluarga, penolakan dan kegagalan.
Pilar utama yang bertanggung jawab dalam trend upaya bunuh diri pada anak dan remaja di Indonesia adalah keluarga dan lingkungan terdekat pada anak. Anak-anak kita banyak yang hidup dalam keluarga dan lingkungan yang serba bermusuhan. Bila jaman kita dulu masih terdengar gemericik air pancuran, kini diganti suara macet bising kendaraan. Main layangan di tanah lapang kini di gang sempit yang sewaktu-waktu bisa kena gusur. Dulu kita membuat mainan dari bahan alami seperti pohon bambu atau pelepah pisang. Kini mainan itu tersedia di Play stations yang bisa membunuh musuh kapan saja ia mau. Kolam renang kita adalah kolam terpanjang di dunia yaitu sungai Citarum yang masih jernih. Kini untuk berenang perlu ada uang 10.000,- melebihi uang jajan hariannya.
Menurut Riset, di rumah anak-anak menonton TV rata-rata 8 jam sehari. Bila 2 jam saja acara tersebut berisi kekerasan maka menurut Learning Theory ia akan merekam kejadian tersebut sebagai cara pemecahan masalah. Bila ia saksikan juga di rumah pertengkaran ayah ibunya, maka metoda pemecaham masalah dengan kekerasan makin terekam. Bila saat di luar rumah ia saksikan penggusuran dan premanisme polisi, maka kekerasan itu makin dalam terekam pada diri anak, Bila di sekolah ia saksikan perangai guru yang galak, ia yakin kekerasan itulah pemecahan masalah. Bila saat mengurus aktenya dilayani oleh aparat kasar, maka makin yakinlah ia bahwa kekerasan adalah problem solving. Bila pulang sekolah ia saksikan bentrokan demo karyawan dengan temannya, maka itulah pemecahan masalah. Akumulasi rekaman berbagai kekerasan dan bentuk kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri itulah bunuh diri (self mutilation).

Stressor lingkungan itulah yang menyebabkan orang kota berbondong-bondong membeli rumah di Bukit Dago, Parongpong, Lembang, Puncak, Bajuri dsb. Tidak peduli dengan masalah resapan air, yang penting mereka ingin melahirkan generasi yang menyatu dengan alamnya dan berupaya untuk mereduksi stressor lingkungan yang penuh kekerasan.
Selanjutnya anak-anak kita akan belajar dari nilai yang membesarkannya,. mungkin ada baiknya kita mengingat petikan kata yang pernah dikutip L Nolte (2003) sebagai berikut:
Jika anak-anak hidup dengan kecaman
Mereka belajar untuk mengutuk Jika anak-anak hidup dengan permusuhan
Mereka belajar untuk berkelahi
Jika anak-anak hidup dengan ketakutan
Mereka belajar untuk tercekam kekhawatiran
Jika anak-anak hidup dengan cemoohan
Mereka belajar untuk menjadi pemalu Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan
Mereka belajar untuk merasa iri hati
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan
Mereka belajar untuk menemukan cinta di dunia ini

Meminjam teorinya Vygotsky bahwa lingkungan terdekat anak (zone of proximal development) akan sangat berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian anak. Sedangkan menurut Psychiatric Nursing Stuart Sundeen (1995) jenis kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah; tipe agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah, dan kepribadian antisosial. Anak akan memiliki resiko besar untuk melakukan bunuh diri bila berasal dari keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.
Anak dan remaja kita sebagian besar dihadapkan dalam kondisi biaya sekolah yang mahal, mau berobat susah, bekerja harus bersaing dengan 4 juta penganggur disertai hilangnya keramahan lingkungan. Dalam kesempatan lain rangsangan konsumerisme setiap menit ditayangkan lewat media kaca. Anak setiap menit dirangsang untuk membeli produk dari atas sampai bawah seperti Shampo, penghalus wajah, sabun, minyak wangi, snack, minuman, gula-gula, sepatu. Sementara orangtua bergulat dengan mahalnya tarif dasar listrik dan ancaman penggusuran. Hal ini kontras dilihat pada anak sekolah non-pribumi yang diantar jemput pakai mobil, gedung sekolah yang mewah, dan sepatu mengkilap. malahan anak-anak SD tersebut telah dibekali Handphone oleh orang tuannya
Lagu Indonesia Tanah Airku yang dinyanyikan anak-anak kita setiap Senin pagi berbeda dengan kenyataan sebenarnya, karena orang tuanya tidak mampu membeli tanah dan air yang makin mahal. Hal ini jelas terlihat pada Heryanto (12) yang tidak mampu membayar kebutuhan sekolah, Agus Suryana (13) yang tidak diberi uang jajan atau pada Suningrat (12) yang bertengkar dengan teman kelasnya karena mengejek sepatu bututnya.
Faktor lain yang memegang peranan adalah riwayat psikososial seperti orang tua yang bercerai, Putus hubungan, Kehilangan pekerjaan atau Stress multipel seperti pindah, kehilangan dan penyakit kronik Kumpulan stressor tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang konstruktif. Anak jadi mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa aman. Ingat teori social Kaplan, bahwa gangguan jiwa dan suicide pada anak dan remaja akan muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat (environmental factors create stress, which cause anxiety & symptom).

Trend bunuh diri pada anak dan remaja tentu saja tidak disebabkan faktor tunggal. Tetapi kita yakin bahwa anak dan remaja merupakan mahluk unik dan dinamis yang memiliki riwayat hidup masing-masing (history Life span). Sepanjang rentang hidup itulah yang membentuk karakter dan kemampuan kopingnya dalam bertahan terhadap segenap masalah.
Bila sejak dalam kandungan ibunya cemas karena harga susu mahal, Saat melahirkan gelisah karena sarana kesehatan tak terjangkau, masa todler tidak bisa mengeksplorasi lingkungan karena tanah tergusur, massa preschool tidak bisa bermain karena halaman sempit, masa sekolah tidak sempat dinikmati karena biaya yang tinggi. Lantas bila kondisi tersebut mendekap rakyat kita yang 60 % berada di bawah garis kemiskinan apa tidak mungkin akan muncul generasi Harakiri atau Kamikaze ala anak Indonesia yang siap membunuh dirinya sendiri tanpa pernah melawan musuh.
Apa sebenarnya yang harus diwaspadai oleh orang tua tentang trend bunuh diri pada anak dan remaja tersebut. Secara teoritis 19-24 % anak yang melakukan bunuh diri telah melakukan upaya bunuh diri sebelumnya. Orang terdekat dengan anak hendaknya waspada terhadap anak yang pernah mencoba untuk bunuh diri. Ada tanda-tanda verbal maupun non verbal yang harus diwaspadai. Tanda verbal itu biasanya dalam bentuk anacaman "saya akan bunuh diri" atau "saya sudah bosan hidup". Sedangkan tanda non verbal bisa berupa; murung, mengurung diri, tidak bergaul, sedih yang berkepanjangan, menyerahkan barang berharga miliknya atau menulis surat perpisahan untuk kedua orang tuannya.
Bagaimana sikap orang tua seharusnya ?
Semua anak atau remaja yang melakukan bunuh diri memilki ciri kejiwaan yang khas yaitu sikap ambivalensi. Sikap tersebut didomianasi perasaan-perasaan ingin mati tetapi masih ingin tetap hidup. Bunuh diri itu sendiri merupakan suatu ungkapan Cry for help atau jeritan meminta pertolongan dan perhatian. Sikap cuex atau tidak peduli pada anak dan remaja akan mempercepat bunuh dirinya. Selayaknya para orang tua bersikap empati dan peduli terhadap masalah yang dihadapi anak. Ironisnya anak-anak kita jarang sekali merasakan orang tua sebagai teman bermain yang siap menjadi teman curhat. Saat kita membaca artikel ini anak kita entah ada di mana, sedang bermain dengan siapa, serta punya masalah apa ?.
Idealnya sekali-sekali kita bermain pasir laut bersama anak, main lumpur, memanjat pohon atau tidur bersama di kolong meja sambil bercerita. Tetapi kenyataannya para orang tua telah menjadi orang tua yang asyik dengan dunianya sendiri yang dalam ilmu jiwa dikenal dengan Autisme secara etimologi (auto=sendiri, isme=paham). Maka tidak heran jika angka penyakit Autisme pada anak sekarang tidak kalah trend dengan angka bunuh diri.
Pentingnya sikap orang tua untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai religiusitas pada anak di rumah. Riset yang dilakukan pada pasien-pasien yang tidak diberikan psikoreligius terapi memiliki resiko 4 kali lebih besar melakukan bunuh diri (Comstock & Partridge, 1972). Menurunnya kunjungan ke tempat ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diri di Amerika Serikat baik pada anak maupun dewasa. (Stack, Rusky, 1983).
Dengan demikian sebelum jatuh korban yang lebih banyak maka sebagai orang tua sepatutnya untuk bersikap siap menerima ilmu & masukan dari orang lain, konsisten & serius mendidik anak bukan sisa waktu, sering memohon kepada Allah agar diberi anak sholeh, cerdas & sehat, sholat berjamaah sebagai bentuk komunikasi, musyawarah dan penanaman nilai, komunikasi terbuka, kritik, saran dengan landasan kasih sayang, menerapkan pola asuh yang tepat, memetik hikmah dengan persepsi positif.
Pentingnya Daya resilience anak dan remaja
Menurut pakar psikologi perkembangan anak Prof. Kusdwiratri, dalam Era serba sulit ini orangtua penting untuk melatih daya lentur anak (resilience). Sehingga ia cenderung bertahan terhadap stressor dan mampu mengambil sisi positif dari suatu penderitaan. Secara sederhana daya resilience tersebut dapat digambarkan dengan contoh berikut. Saat terjadi

wabah banjir yang membunuh kedua orang tuannya dan melenyapkan seluruh harta bendanya seorang anak berjuang keras untuk bertahan hidup. Saat banjir makin besar ia mencoba naik ke atas atap. Saat atap hampir terendam ia berupaya naik ke atas pohon yang lebih tinggi seraya berucap : " Ya.. Allah alangkah indahnya pemandangan ini..".
Daya resilience yang tinggi telah memacu anak menghadapi krsisis ekonomi yang berkepanjangan. Data Lembaga Perlindungan anak menunjukan dari jumlah anak jalanan di Jawa Barat lebih kurang 8.577 anak, sebagian besar berjuang membantu pekerjaan orang tua (49,9%) dengan cara mengamen, menyemir sepatu, menjual koran atau vitamin. Mencari biaya untuk sekolah (14,8%). Sedangkan jumlah anak-anak yang putus sekolah dan tidak punya keterampilan (11,4%), tetapi benarkah mereka tidak punya hak untuk menikmati masa anaknya dengan bermain ? Semua terserah anda. Trend bunuh diri pada anak dan remaja memang sedang terjadi!
Pahami Sejarah Hidup Keluarga Kita
Sejarah hidup kita bersipat unik dan khas. Tidak ada seorangpun yang hidup dan dilahirkan ke dunia ini memiliki riwayat hidup yang sama. Mulai dari bayi, kanak-kanak, Remaja, dewasa sampai tua kita adalah mahluk yang benar-benar beda dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam memandang anggota kelaurga kita, harus bijak karena mereka memiliki keinginan, selera, cita-cita, pengalaman, pendidikan, usia tumbuh kembang yang berlainan. Kita tidak bisa menuntut orang lain sama dengan keinginan kita. Kita tidak bisa memaksa orang lain sesuai dengan cita-cita kita, meskipun itu anak kita sendiri, ia punya pendapat dan perasaan yang unik. Kita tidak bisa memaksa orang lain mengikuti keberhasilan kita pada klien gangguan jiwa mungkin saja sejak lahir ia punya masalah (Unwanted Child), Sejak anak pernah diperkosa (Seksual Abuse), masa remaja pecandu narkoba (drug Addiction), masa dewasa mengalami perceraian (divorce) dst.
I. Pola Asuh yang Tepat Bagi Anak
Pola asuh yang tepat bagi anak dalam keluarga adalah tingginya kehangatan dan Kontrol. Kehangatan adalah bentuk ungkapan kasih sayang orang tua pada anak, baik berupa pujian, ungkapan kasih sayang, cinta, bermain bersama anak, berwisata dengan anak, terjun ke dunia anak atau bersikap seperti anak-anak untuk membahagiakannya.
Kontrol adalah upaya penerapan disiplin aturan atau pemberian tugas pada anak agar anak mandiri, bsa menolong dirinya sendiri dan bertanggung jawab. Kelak anak memahami mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Untuk memudahkan pemahaman maka kita bisa mengelompokkan Pola asuh itu menjadi : kehangatan tinggi kontrol tinggi atau yang disebut Kolot hade, kehangatan rendah kontrol tinggi kontrol atau disebut otoriter, kehangatan tinggi kontrol rendah atau disebut budak diogo, kontrol rendah kehangatan rendah atau disebut kolot Ngantep.















CONTROL (TATAKRAMA, ATURAN DISIPLIN, MERE TUGAS SUPAYA
WARMTH (KANYA'AH, KEHANGATAN, KASIH SAYANG, ULIN BABARENGAN, NGOBROL)

TINGGI
TINGGI
RENDAH




OTORITER (KOLOT GALAK)


AUTORITATIVE (KOLOT HADE)


MANDIRI)







RENDAH
PERMISSIVE (KOLOT NGOGO KA BUDAK)
NEGLECTED (NGANTEP, BUDAK TEU KAURUS, GALANDANGAN)
J. Keluarga Harus Punya Visi
Berdasarkan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra sebagai berikut:
Rasulullah membuat gambar segi empat, dan di tengah-tengahnya ada garis lurus memanjang
hingga ke luar garis kotak. Lalu Nabi menerangkan: ini MANUSIA, dan garis persegi itu kurungan
AJALnya, sedangkan garis lurus panjang yang keluar dari batas itu, ANGAN-ANGAN-CITA-CITA
MANUSIA, dan garis kecil itu ialah GANGGUAN-GANGGUAN yang selalu menghinggapi
manusia, maka bila kita selamat dari yang pertama, mungkin terkena yang kedua, jika ia terhindar
dari yang satu maka terkena yang lain. (HR Bukhary)
Maka kehidupan di dunia ini hakekatnya adalah ujian dan cobaan, keberadaan keluarga merupakan bentuk ujian dan cobaan untuk mencapai alam kekal (akherat). Keluarga yang sehat jiwanya adalah keluarga yang memepunyai visi sampai di akherat yaitu berkumpul bersama di Syurga. Hal ini harus dipahamai dan sering dikomunikasikan kepada seluruh anggota keluarganya. Sehingga dalam berperilaku tidak hanya berorientasi pada norma dan aturan duniawi saja. Akhirnya hanya Kepada Allahlah kita berserah diri
Robbana Makhlaqta Hada batila Subhanakan Fakina Adzabanaar Robbanna hablana min Azwajinaa Qurata 'ayuna lilmutaqina immama